Mengungkap Fakta Ilmiah Lalat di Hadist Rasulullah - Assalamualaikum sahabat muslim, alhamdulillah bisa posting lagi nich. Kalian pernah mendengar hadist seperti di bawah ini.
Rasulullah  bersabda : "Jika jatuh seekor lalat pada minuman kalian maka benamkanlah, karena di salah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap yang satunya terdapat penyembuhnya" [HR. Bukhari]

Jika kalian membaca atau mendengar hadist tersebut, apa pikiran kalian? Pastinya kalian enggak langsung percayakan. Wajar kalau kalian enggak percaya. Karena lalat yang kita anggap sebagai hewan kotor,yang kalau ada di minuman maka akan membuat minuman itu kotor dan jadi tak sehat. tapi saat lalat ada di minuman kita, maka Rasulullah menyuruh kita untuk membenamkan lalat itu ke minuman.

eh, tunggu dulu enggak percaya hadist rasulullah bisa merusak keimanan kita lho? Ternyata pembuktian secara ilmiahnya memang ada, dan hadist Rasulullah itu memang benar dan tak diragukan lagi kebenaran dari setiap yang keluar dari Rasulullah.

Hadist atau pesan Rasulullah ini dibuktikan oleh para ilmuwan, Sebagaimana mereka mempelajari daripada serangga – serangga yang ada dibumi. Mereka menemukan dahsyatnya dan kehebatan serangga – serangga yang menakjubkan bahwa lalat itu mengepakkan sayapnya sebanyak 200 hingga 400X setiap detiknya. Dan setiap detik ia menggerakkan sayapnya 200 hingga 400X gerakan. Dan juga pada satu hewan yang disebut “Ganjur” bahkan sampai mengepakkan sayapnya 1000X setiap detiknya. Para ilmuwan mempelajari 4 jenis serangga, mereka mendalaminya dan dikatakan kami baru mempelajari 4 macam serangga dan masih tersisa lebih dari 10 juta macam serangga di muka bumi. Dan tentunya juga, demikian banyak mereka melakukan penemuan – penemuan dan keajaiban pada serangga sehingga mereka mengatakan bahwa didalam setiap sayap seekor lalat itu ada daripada fungsi – fungsi elevator dan fungsi – fungsi depressor, yaitu fungsi mengangkat dan menurunkan sayapnya. Dan itu bergerak 200 hingga 400X setiap detiknya dan gerakan lalat itu yang demikian sangat menakjubkannya itu selalu bergerak dalam bermenit – menit atau berjam – jam.

Gerakan otot yang sedemikian cepatnya menggerakkan sayap seekor lalat yang sangat kecil. Seekor lalat yang kecil, yang dijelaskan oleh para ilmuwan dari Australia bahwa seekor lalat itu terbukti pada sebelah sayapnya ditemukan 1 gen refilin yaitu gen yang mempunyai 2 fungsi yakni fungsi pada industri dan fungsi pada kesehatan.
 

Mengungkap Fakta Ilmiah Lalat di Hadist Rasulullah

Fungsi pada industri bahwa gen refilin ini lebih dahsyat dan lebih kuat dari semua jenis karet yang ada yang telah dibuat oleh banyak orang di muka bumi ini. Jenis karetnya diambil dari pohon karet atau lainnya, gen refilin yang ada di sayap lalat itu lebih kuat dan lebih hebat jika dipakai sebagai karet karena ia mempunyai daya dorong dan daya tekan yang sangat kuat serta daya pental yang demikian dahsyat dan itu ada pada sayap seekor lalat dan serangga lain hingga ia dapat bergetar hingga 1000X dalam setiap detiknya seperti hewan ganjur dan juga beberapa hewan serangga lainnya. Dan dalam fungsi kesehatannya bahwa gen refilin itu adalah satu gen yang bisa mengobati penyakit – penyakit yang ada pada syaraf – syaraf arteri, pada syaraf – syaraf meina. Syaraf arteri yang banyak terjadi penyumbatan, gen – gen refilin yang ada di sayap seekor lalat itulah yang dapat mengobatinya.

Demikian indahnya dan demikian sempurnanya dan demikian jeniusnya Rasulullah Muhammad Saw. Jika jatuh lalat pada minuman kalian, tenggelamkan ia. Maksudnya gen – gen refilin yang ada di sayapnya itu supaya bertebaran di air pula hingga menjadikan airnya itu tersucikan daripada bakteri – bakteri yang ada pada sayap lainnya.

Manusia melihatnya dengan mikroskop dan selama puluhan tahun mereka menelitinya tapi Sang Nabi SAW tahu di sayap lalat itu ada gen penyembuh, ada gen penyakit sampai butiran gen dan sel yang ada disayap lalat diketahui oleh Rasulullah Muhammad SAW atas petunjuk dari Allah SWT sebagai sang Maha Pencipta segala sesuatu dan Maha Mengetahui akan seluk beluk ciptaanNya.

Wallahu’alam bishawab…

Demikian mengenai Mengungkap Fakta Ilmiah Lalat di Hadist Rasulullah, semoga postingan ini dapat menjadi manfaat dan menambah ketabalan iman kita. Wassalamualaikum.
Pacarmu Belum Tentu Jodohmu - Assalamualaikum sahabat muslim, alhamdulillah nih bisa posting lagi. Kali ini saya akan posting mengenai Pacarmu Belum Tentu Jodohmu. Nah yang perlu diketahui cerita di bawah ini bukanlah cerita saya, melainkan cerita seseorang, yang saya temukan dari facebook.

Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menyinggung perasaan pembaca yang pernah pacaran atau sedang pacaran. Kisah ini merupakan refleksi perjalanan hidup saya yang seperti roller coaster, yang mungkin pacaran dan putus cinta merupakah hal umum dan biasa saja bagi banyak orang, tapi bagi saya luar biasa karena dengan peristiwa2 itulah saya mengenal Islam dan diuji keimanan saya setelah masuk Islam.

Tulisan ini juga Insya Allah tidak dimaksudkan untuk menjelek-jelekkan tokoh utama dalam kisah ini, dan bilapun teman2 saya tau siapa orangnya mohon tidak usah dikorek-korek dan disampaikan ke yang bersangkutan. Rasa benci, sakit hati saya Alhamdulilah sudah hilang jauh sebelum saya menikah lebih dari 9 tahun lalu dan ketika saya menulis kisah ini pun biasa saja. Mari dimulai..

Saya mengenalnya sebagai adik kelas saya saat saya kuliah S1. Monik dalam wujud laki2, begitulah orang-orang yang mengenal saya dan dia menilainya, maksudnya dia seperti saya yang aktif, enerjik, aktivis di berbagai kegiatan kampus-kemahasiswaan. Karena OSPEK (Orientasi mahasiswa baru, penggojlokan untuk menjadi bagian dari Himpunan Mahasiswa dan Unit kegiatan) membuat kami dekat. Di agama yang saya anut dulu tidak ada aturan dan larangan mengenai khulwah/khalwat apalagi pacaran. Dan teman2 saya yang beragama Islam pun biasa saja ber khulwah / khalwat dan berpacaran. Sempat ragu, maju mundur waktu itu untuk “jadian” (istilah jaman dulu , gak tau kalau sekarang apa) sama dia, karena perbedaan agama dan juga suku. Tapi akhirnya kami jadian juga dan melewati perkuliahan di jurusan yang sama.

Tahun pertama kami tidak memikirkan masa depan, jalani saja begitu pikiran saya. Masalah muncul ketika keluarga, terutama kedua orang tuanya dapat informasi tentang saya. Secara frontal hubungan kami ditentang dan pernah dia dimarahi habis-habisan karena tidak sengaja kami bertemu saat orang tuanya berkunjung ke Bandung. Setelah kejadian tersebut barulah kami mulai membicarakan masa depan, mau dibawa ke mana hubungan ini (ini mirip lirik lagu :D).

Kendala pertama tentu perbedaan agama, sangat berat saat itu saya memutuskan untuk mulai mencari tau dan mempelajari agama Islam secara otodidak, walau si dia pun belajar juga agama yang saya anut saat itu. Yang kami lakukan saat itu tentu sekedar membaca buku dan berdiskusi dengan teman-teman. Sekitar 2 tahun hal tersebut kami lakukan (belajar bersama) dan backstreet dari kedua orang tua kami. Selama 2 tahun belajar hidup saya sangat tidak tenang karena kucing-kucingan dengan kedua keluarga kami baik dalam hal hubungan kami maupun fakta bahwa kami saling belajar agama masing-masing saat itu. Pernah juga ada insiden ketika dia sakit berat dan saya beserta teman2 membawanya dirawat di RS saya bertemu lagi keluarganya, kemarahan orang tuanya dapat diredam karena dijelaskan oleh orang tua sahabat saya bahwa bila dia tidak saya urus & bawa ke RS maka dia bisa tidak tertolong.
 

Pacarmu Belum Tentu Jodohmu

Di akhir tahun 2000 saya lulus S1 dan awal tahun 2001 saya melanjutkan kuliah ke Jakarta. Lebih bebas tentu saja. Lebih bebas di sini dalam arti saya lebih bebas belajar agama tanpa perlu kucing-kucingan. Berbagai buku saya beli dan baca, tinggal belum ada keberanian untuk bertanya langsung ke Ustad/Ustadzah. Sebelum lulus S2 saya Alhamdulilah mendapat pekerjaan yang membuat hati saya makin mantap belajar.

Mesjid Agung Al Azhar , Kebayoran Baru Jakarta saya pilih sebagai tempat untuk bertanya karena ada informasi adanya grup khusus untuk yang mau belajar Islam bagi Non Muslim dan kelas untuk Mualaf. Gemetaran ketika melangkahkan kaki untuk pertama kalinya, sahabat saya menemani saya di hari pertama saya datang. Subhanallah Alhamdulilah saya tidak salah pilih. Di sana banyak orang2 “senasib” dengan saya. Dan banyak sekali “paket” bimbingan yang bisa dipilih. Saya amati yang memilih “paket kilat” seperti kejar setoran belajar untuk menikah dan rata-rata pesertanya itu bule dan orang Indonesia. Saya tidak mau masuk ke kelompok ini, karena ya menikah dengannya adalah salah satu tujuan saya-kami tapi saya tidak mau pindah agama dengan kondisi tidak yakin.

Kemudian Allah mempertemukan saya dengan sebuah kelompok yang benar2 jungkir balik belajar agama Islam regardless mereka pasangan berbeda agama/tidak. Di sinilah saya bertemu saudara-saudara baru, yang hingga saat ini masih sangat dekat di hati.

Pada suatu titik saya yakin untuk memeluk Islam dan saya juga yakin bahwa setelah memeluk Islam masalah saya dengan keluarganya terselesaikan sehingga kami bisa segera menikah dengan tidak mempermasalahkan apa yang akan terjadi dengan keluarga saya, karena waktu itu saya berpikir tentu akan dilarang (memeluk Islam dan menikah dengannnya). 16 Mei 2003 saya mengucapkan 2 kalimah syahadah di Mesjid Al Azhar disaksikan para guru2 saya dan sahabat2 dekat. Pasca memeluk Islam tentu hubungan saya dengan keluarga saya tidak baik. Alhamdulilah saat itu saya sudah hidup mandiri dan berkecukupan. Kesedihan karena hubungan dengan keluarga saya yang tidak baik terobati dengan indahnya angan2 segera menikah dengannya, juga kedua orang tuanya yang mulai membuka diri kepada saya.

Kembali pada judul, itulah yang saya alami. Tidak lama setelah saya memeluk Islam, seingat saya hanya sekitar 3 bulan setelah saya memeluk Islam dan saat itu kami telah berpacaran selama 6 tahunan, saya mendapat berita yang mengejutkan. Ternyata si dia menikah dengan wanita lain, tanpa ada petunjuk/informasi darinya ke saya sebelumnya. Kemudian via telfon saya berusaha mengkonfirmasi apakah betul dan dijawab lirih olehnya, Betul.

Lemas badan saya, bingung apa yang harus saya lakukan, dunia bagai runtuh. Menangis dan menangis itu yang bisa saya lakukan. Kemudian setelah saya menguatkan diri meminta penjelasan via telfon (karena pernikahan mereka dilakukan di kota lain di beda pulau), hubungan kami putus. Gamang, saya Muallaf-yang masih lemah imannya- tidak menyangka dan tidak ada dalam daftar rencana hal ini akan terjadi. Inilah ujian keimanan terbesar saya setelah memeluk Islam.

Sambil jalan menerima kenyataan, saya menjadi wanita yang workaholic, bekerja hingga tengah malam hampir tiap hari saya lakukan. Sabtu minggu saya masih memaksakan diri saya tetap belajar bersama teman2 Muallaf saya dan memanggil guru perempuan untuk mengajar saya membaca Al Quran secara privat. Saya belum menerima dia bukanlah jodoh saya, saya belum pada tahap keimanan menerima inilah takdir, dan menyerahkan semuanya pada Allah.

Karena saya workaholic, beberapa kali saya bekerja hingga dini hari di studio untuk membuat iklan, akhirnya tubuh saya tidak kuat. Tubuh saya collapse dan akhirnya saya dibawa sahabat-sahabat dirawat di RS. Bergantian sahabat2 menemani saya, mereka paham sebabnya karena mereka sahabat2 saya sejak S1. Sendirian di RS seakan ada yang membisiki saya agar ikhlas dan berserah pada Allah. Keluar RS, saya berusaha hidup normal, menyibukkan diri mengikuti pengajian kemana2, terus belajar dan saling menguatkan bersama teman2 Muallaf saya, juga belajar baca Al Quran ke berbagai guru selain privat.

Dan 1,5 tahun kemudian seorang sahabat mengenalkan saya dengan seseorang laki-laki. Iklan pertamanya : Sholeh, Mon… Itu saja yang membuat saya tidak panjang pikir untuk mencari tau tentangnya yang saat itu bekerja di beda pulau. Melalui kumpulan informasi yang saya kumpulkan, korespondensi melalui email dan pertemuan pertama bersama sahabat saya, saya terima lamarannya tanpa pacaran Alhamdulilah. Kami menikah awal 2005, saya sangat ingat bahwa orang tua si dia datang dan menangis tersedu2 saat menghampiri saya, entah apa yang dipikirkan mereka saat itu. Alhamdulilah hingga saat ini pernikahan kami berjalan sudah lebih dari 9 tahun, berbahagia dengan kedua anak laki2 kami.

Demikian mengenai Pacarmu Belum Tentu Jodohmu, semoga postingan kali ini bisa bermanfaat buat kalian semuanya.
Cahaya Membaca Surah Alkahfi - Assalamualaikum sahabat muslim, alhamdulillah bisa posting lagi nih. Kali ini saya akan membahas salah satu surah dari Al-Qur'an, yaitu surah Alkahfi.

Salah satu doa orang beriman yang diabadikan di dalam Al-Qur’an ialah:

رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS At-Tahrim ayat 8)

Doa ini dipanjatkan kepada Allah ta’aala oleh orang-orang beriman pada saat mereka melintasi jembatan di atas neraka. Suatu jembatan yang digambarkan oleh Nabi shollallahu ’alaih wa sallam sebagai ”lebih halus dari sehelai rambut dan lebih tajam dari sebilah pedang.” Setiap orang yang pernah mengucapkan kalimat tauhid akan melintasi jembatan yang membentang di atas neraka.

وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا

”Dan tidak ada seorangpun daripadamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.” (QS Maryam ayat 71)

Ketika menyeberangi jembatan tersebut keadaan sangat mencekam dan gelap. Sehingga Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menyatakan bahwa orang akan menyeberangi jembatan itu sesuai cahaya yang ia miliki. Cahaya tersebut berbanding lurus dengan tingkat keimanan dan amal kebaikan yang telah diinvestasikan seseorang sewaktu hidupnya di dunia. Orang yang beriman akan sanggup menyeberanginya hingga selamat sampai ke ujung. Sedangkan orang munafiq akan mengalami gangguan dalam menyeberanginya sehingga mereka bakal jatuh terjungkal ke dalam panasnya api neraka di bawah jembatan tersebut.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَدْعُو النَّاسَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَسْمَائِهِمْ سِتْرًا مِنْهُ عَلَى عِبَادِهِ، وَأَمَّا عِنْدَ الصِّرَاطِ، فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُعْطِي كُلَّ مُؤْمِنٍ نُورًا، وَكُلَّ مُؤْمِنَةٍ نُورًا، وَكُلَّ مُنَافِقٍ نُورًا، فَإِذَا اسْتَوَوْا عَلَى الصِّرَاطِ سَلَبَ اللَّهُ نُورَ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ، فَقَالَ الْمُنَافِقُونَ: “انْظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِنْ نُورِكُمْ”[الحديد آية 13] وَقَالَ الْمُؤْمِنُونَ: “رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنا”[التحريم آية 8] فَلا يَذْكُرُ عِنْدَ ذَلِكَ أَحَدٌ أَحَدًا.

“Allah ta’aala akan memanggil umat manusia di akhirat nanti dengan nama-nama mereka, ada tirai penghalang dari-Nya atas hamba-hambaNya. Adapun di atas jembatan Allah ta’aala memberikan cahaya kepada setiap orang beriman dan orang munafiq. Bila mereka telah berada di tengah jembatan, Allah ta’aala-pun segera merampas cahaya orang-orang munafiq. Mereka menyeru kepada orang-orang beriman: ”Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahaya kamu.”(QS AtTahrim ayat 8) Dan berdoalah orang-orang beriman: ”Ya Rabb kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami.” (AlHadid ayat 13) Ketika itulah setiap orang tidak akan ingat orang lain.” (HR Thabrani 11079)
 

Cahaya Membaca Surah Alkahfi

Saudaraku, sungguh ini merupakan peristiwa yang sangat menakutkan. Sebab tidak seorangpun yang tahu apakah dirinya akan sanggup selamat hingga ke ujung jembatan pada saat itu. Maka marilah kita pelihara dan selalu tingkatkan ketaqwaan kita. Sebab Allah ta’aala menjamin bahwa orang-orang bertaqwa pasti akan diselamatkan dari api neraka. Hanya mereka yang zalim-lah yang akan dibiarkan terjungkal dari jembatan dan merasakan siksa neraka.

ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا

”Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (QS Maryam ayat 72)

Bahkan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam menegaskan dalam sebuah hadits bahwa orang bertaqwa tidak akan merasakan panasnya neraka karena Allah ta’aala akan jadikan api neraka laksana api yang menyentuh Nabi Ibrahim’alihis-salaam, yakni terasa dingin dan selamat bagi muttaqin.

لَا يَبْقَى بَرٌّ وَلَا فَاجِرٌ إِلَّا دَخَلَهَا فَتَكُونُ عَلَى الْمُؤْمِنِ بَرْدًا وَسَلَامًا
كَمَا كَانَتْ عَلَى إِبْرَاهِيمَ حَتَّى إِنَّ لِلنَّارِ أَوْ قَالَ لِجَهَنَّمَ ضَجِيجًا
مِنْ بَرْدِهِمْ ثُمَّ يُنَجِّي اللَّهُ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَيَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا

“Tidak ada orang sholeh dan orang jahat yang tersisa melainkan dia masuk ke neraka. Neraka itu dingin dan menyelamatkan bagi orang beriman, seperti halnya yang dialami Ibrahim sehingga neraka itu gaduh lantaran dinginnya mereka. Kemudian Allah ta’aala menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa dan membiarkan orang-orang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (HR Ahmad 13995)

Dan dalam hadits lainnya Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam memberikan kabar gembira bahwa orang-orang beriman yang sholeh akan dikeluarkan dari neraka karena amal baiknya.

{ وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا } قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَرِدُ النَّاسُ النَّارَ كُلُّهُمْ ثُمَّ يَصْدُرُونَ عَنْهَا بِأَعْمَالِهِمْ

“Dan tidak ada seorangpun darimu, melainkan mendatangi sekitar neraka itu.” Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Seluruh manusia datang ke sekitar neraka, kemudian mereka keluar dari sana dengan amal baiknya.” (HR Ahmad 3927)

Maka, saudaraku, marilah kita persiapkan bekal cahaya sebanyaknya guna menerangi lintasan kita di atas jembatan tersebut kelak. Dan salah satu bentuk upayanya ialah dengan secara disiplin setiap hari Jum’at membaca surah Al-Kahfi.

أن النبي صلى الله عليه وسلم قال :
« إن من قرأ سورة الكهف يوم الجمعة أضاء له من النور ما بين الجمعتين »

“Sesungguhnya barangsiapa membaca surah Al-Kahfi pada hari Jum’at, niscaya ia akan diterangi oleh cahaya antara dua Jum’at.” (HR Hakim 3349)

Bila setiap hari Jum’at kita disiplin membaca surah Al-Kahfi, maka insyaAllah hidup kita sepanjang umur akan senantiasa deterangi cahaya untuk bekal keselamatan di akhirat, khususnya ketika melintasi jembatan di atas neraka. Aamiin.

Demikian mengenai Cahaya Membaca Surah Alkahfi, semoga postingan kali ini bisa bermanfaat buat kalian semuanya. Wassalamualaikum.
Semangat 10 November, Sebuah Ibroh - Assalamualaikum sahabat muslim semua, alhamdulillah masih diberikan kesempatan untuk berbagi, semoga postingan kali ini bisa bermanfaat. eh, hari ini tepat tanggal 10 november, dan hari ini indonesia memperingati hari pahlawan.

Tanggal 10 November adalah Hari Pahlawan, sebuah hari untuk mengenang bahwa si lemah tak harus menyerah kalah pada si kuat. Bulan Oktober hingga November 69 tahun yang lalu, pejuang Surabaya habis-habisan bertempur melawan brigade Inggris yang bersenjata lengkap dan baru saja mengalahkan Jepang.

Inggris pun mengalami pukulan telak yang memalukan. Salah satu versi menyebutkan, komandan brigade Brigjen Mallaby tewas di mobilnya setelah digranat dua orang pemuda. Keduanya juga ikut tewas bersama Mallaby.

Tak hanya Mallaby, seorang jenderal Inggris lain juga tewas akibat pesawatnya jatuh. Brigjen Robert Guy Loder-Symonds terluka parah dan meninggal keesokan harinya. Sebelumnya pesawat itu ditembaki oleh para mujahid Surabaya dengan tembakan kanon antipesawat peninggalan Jepang. Kehilangan dua jenderal dalam sebuah palagan adalah musibah besar yang belum pernah dialami Inggris, sang pemenang Perang Dunia II.

Sejarah mencatat, meski banyak dilupakan, bahwa semangat tempur para mujahid Surabaya dibakar oleh Bung Tomo. Seorang Muslim yang membangkitkan semangat jihad dengan kalimat “rawe-rawe rantas, malang-malang putung.” Seorang orator jagoan yang tak lepas dari seruan takbir saat mengobarkan semangat melawan Inggris. Sebuah bukti bahwa jihad melawan penjajah kafir adalah tradisi Muslim di negeri ini.

Sempat terjadi jeda dalam pertempuran Surabaya pasca Mallaby terbunuh. Panglima pasukan Inggris di Jakarta, Jendral Philip Christinson meminta Presiden Soekarno menekan para pejuang Surabaya agar menahan serangan. Hal itu agar brigade yang dipimpin Mallaby terlepas dari kepungan dan bisa mundur dari Surabaya. Jeda ini kemudian dimanfaatkan Inggris untuk mengkonsolidasikan kekuatan dan menambah dua brigade lagi dari luar Surabaya.

Pelajaran Berharga

Momentum pun berubah, pasukan Inggris yang terdesak kembali menekan pejuang Surabaya dengan kekuatan baru yang jauh lebih besar. Secara militer, Inggris menang dalam pertempuran di Surabaya. Para pejuang berhasil dipukul mundur keluar dari Surabaya dengan korban puluhan ribu orang.

Hal ini sempat dikeluhkan oleh Jenderal A.H. Nasution yang mengkritik strategi para pejuang Surabaya. Terus menerjang tanpa komando yang jelas membuat ribuan pejuang berguguran. Menurut Nasution, strategi “gelombang manusia” itu membuang-buang senjata dan perlengkapan yang sebetulnya bisa dipakai utk mempersenjatai dua divisi TKR lengkap.

Terlepas dari kritik dan pujian, ada tiga pelajaran yang bisa diambil dari pertempuran Surabaya. Pertama, semangat dan keberanian berjihad yang meluas di tengah umat bisa memukul lawan yang superior. Inilah yang paling ditakuti oleh kekuatan kuffar, ketika api jihad berkobar dan menyulut semangat seluruh umat. Ini pula sebabnya sejak dini api ini harus dipadamkan dengan program deradikalisasi, agar tak membesar dan membahayakan bagi orang-orang kafir.

Afghanistan dan Irak membuktikan sulitnya menumpas perlawanan berlandaskan jihad. Pasukan Salibis Barat terjebak di sana dan menghadapi pilihan sulit; terus di sana dan mengalami kebangkrutan karena perang berlarut atau mundur dan dipermalukan di hadapan dunia internasional.

Kedua, semangat dan keberanian memukul lawan tak cukup menjadi modal kemenangan. Manajemen strategi yang baik mutlak diperlukan untuk mengelola rangkaian pertempuran menjadi sebuah kemenangan perang. Kritik Nasution terhadap pertempuran Surabaya menarik untuk dicermati. Bagaimana potensi manusia, senjata dan logistik harus bisa dikelola dengan baik. Bukan asal menerjang dengan modal semangat berani mati.
 
Semangat 10 November, Sebuah Ibroh
Panoramio.com

Seni Memelihara Api

Ketiga, perang membutuhkan keteguhan untuk menuntaskannya. Memulai memantik api perang memang terlihat gampang, tetapi menuntaskannya menjadi sebuah kemenangan memerlukan pemeliharaan momentum. Dalam kasus Surabaya momentum muncul, bahkan diciptakan dengan pembunuhan terhadap Mallaby, namun ketika pasukan Inggris terjepit,  kemenangan tak dituntaskan.

Seni memantik dan memelihara api ini kerap diabaikan oleh mereka yang bersemangat untuk berjihad. Api dikobarkan dengan korek gas yang menyala, disiram dengan bensin yang cepat membakar, tetapi kayu kering terlalu sedikit. Kebanyakan umat ibarat kayu basah yang tak mempan disulut api jihad. Akibatnya api segera padam dan nasi di panci tak bisa matang.  Panas yang sesaat hanya membuatnya menjadi ngelethis, mentah tidak matang pun bukan.

Di sinilah seni bersabar dalam persiapan diperlukan. Sabar mengeringkan kayu sampai siap untuk dibakar hingga tuntas memasak. Sabar menyiapkan umat agar mampu memikul beban jihad yang berat dalam waktu yang panjang. Sabar dan berhitung untuk menghadapi musuh di saat yang tepat dengan niat menuntaskannya.

Inilah yang ditempuh oleh Rasulullah pada fase awal dakwah. Tigabelas tahun di Makkah dijalani dengan sabar, tak buru-buru melawan kezhaliman dengan potensi yang belum terkonsolidasi. Kesadaran ini juga dimiliki oleh para sahabat radhiallahu ‘anhum.

Simaklah kejeniusan Umar r.a. ketika beliau mengancam kepada Quraisy, “Tunggulah sampai jumlah kami 300 orang, niscaya kalian kami kalahkan.” Meski berani dan garang, Umar tahu berhitung. Muslim di Makkah terlalu sedikit dan tak memiliki basis militer memadai untuk menghadapi Quraisy secara frontal. Umar memahami sepenuhnya seni memantik dan memelihara api. Wallahu a’lam


Demikian mengenai Semangat 10 November, Sebuah Ibroh, semg postinan kali ini bisa bermanfaat buat kalian semuanya. Wassalamualaikum.

sumber :eramuslim.com
Manfaat Menghafal Al-Qur'an - Assalamualaikum sahabat muslim, alhamdulillah masih diberi Allah untuk berbagi, yang insya Allah bermanfaat. Berbagai kajian kontemporer membuktikan bahwa hafalan Al-Qur’an dapat menjaga seseorang dari berbagai penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh, serta meningkatkan kreatifitas dan relaksasi.

Amal terbaik yang bisa dikerjakan seseorang adalah membaca Al-Qur’an, mengamalkan kandungannya, menerapkan perintah Allah, dan menjauhi larangan Allah. Selama pengalaman interaksi dengan Al-Qur’an dalam kurun waktu lebih dari dua puluh tahun, saya menemukan sebuah kepastian bahwa Al-Qur’an memiliki pengaruh yang besar terhadap kepribadian manusia.

Ketika Anda membaca sebuah bukti tentang Neuro Linguistic Programming, atau tentang seni manajemen waktu, atau seni bergaul, maka penulisnya akan mengatakan: membaca buku ini dapat mengubah hidup Anda. Artinya, kitab apapun yang dibaca seseorang itu akan memengaruhi perilaku dan kepribadiannya, karena kepribadian meurpakan hasil dari wawasan dan pengalaman seser, serta apa yang dibaca, dilihat dan didengarnya.
 

Manfaat Menghafal Al-Qur'an

Sudah barang tentu buku-buku karangan manusia ini pengaruhnya terbatas. Tetapi, ketika berbicara tentang Kitab Allah yang menciptakan manusia, dimana Dia lebih mengetahui apa yang ada dalam diri manusia dan apa yang menjadikannya lebi hbaik, maka sudah barang tentu kita menemukan dalam kitab ini informasi-informasi yang dibutuhkan manusia dalam kehidupannya di dunia dan akhirat. Karena Al-Qur’an adalah cahaya, obat dan petunjuk. Di dalam kita temukan masa lalu dan masa mendatang. Allah berfirman, “Yang tidak datang kepadanya (Al Qur’an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” (QS Fushshilat [41]: 42).

Dapat saya tegaskan bahwa setiap ayat yang Anda baca, renungkan dan hafal itu dapat menciptakan perubahan dalam hidup Anda! Bagaimana dengan orang yang membaca dan menghafal seluruh Al-Qur’an? Tidak diragukan bahwa bacaan Al-Qur’an, perenungan, dan penyimakan dengan khusyuk itu dapat merekonstruksi kepribadian seseorang, karena Al-Qur’an mengandung berbagai prinsip dan dasar-dasar yang solid bagi caracter building.

Saya akan menyampaikan pengalaman sederhana tentang sejauh mana pengaruh Al-Qur’an terhadap kepribadian seseorang, bahkan satu ayat saja! Saya pernah membaca firman Allah: “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS Al-Baqarah [2]: 216) Dalam hati saya berkata, ayat ini pasti mengandung sebuah hukum pasti yang memberi kebahagiaan bagi orang yang mengimplemensikannya dalam hidup.

Sebelum membaca ayat ini, saya sedang merasa sedih karena mengalami suatu musibah, atau merasakan ketakutan terhadap masa depan, karena saya sedang mencemaskan suatu hal.

Setelah merenungkan ayat ini dalam waktu yang cukup lama, saya menyadari bahwa Allah telah menadirkan segala sesuatu, dan Dia tidak akan memilihkan untukku selain yang terbaik bagiku, karena Dia mengetahui masa depan, sedangkan saya tidak. Demikianlah, akhirnya saya memandang segala sesuatu dengan optimis, meskipun secara lahir menyedihkan. Saya selalu mengharapkan terjadinya hal baik, meskipun menurut perhitungan tidak demikian.

Allah telah menetapkan setiap hal yang akan terjadi padaku sejak usiaku 42 hari dalam kandungan. Lalu, untuk apa aku bersedih. Selama Allah mendengar dan mengatur alam semesta ini, untuk apa takut dan cemas? Karena Allah yang menakdirkan dan memilihkannya untukku, maka itu pasti baik, bermanfaat, dan memberi kebahagiaan.

Demikianlah, kepribadian saya berubah dari akarnya menjadi pribadi yang optimis dan bahagia, dan terbebas dari banyak masalah yang mungkin saja terjadi seandainya Allah tidak memberiku kesempatan untuk merenungkan ayat ini, memahami, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kesimpulannya, berpegang teguh pada Al-Qur’an dan menjaga tilawahna itu dapat berpengaruh positif terhadap kepribadian seseorang, meninggalkan sistem kekebalan dalam dirinya, melindunginya dari berbagai penyakit psikologis, membantunya untuk sukses dan mengambil keputusan-keputusan yang sulit. Jadi, Al-Qur’an adalah jalan Anda untuk menjadi kreatif, memimpin, bahagia dan sukses!

Demikian mengenai Manfaat Menghafal Al-Qur'an, semoga postingan kali ini bisa bermanfaat buat kalian semuanya. Wassalamualaikum.

sumber: eramuslim.com
Rahasia Do’a Mengatasi Hutang - Assalamualaikum sobat blogger, alhamdulillah bisa posing lagi. Abu Said Al-Khudhri radhiyallahu ’anhu bertutur: “Pada suatu hari Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam masuk masjid. Tiba-tiba ada seorang sahabat bernama Abu Umamah radhiyallahu ’anhu sedang duduk di sana. Beliau bertanya: ”Wahai Abu Umamah, kenapa aku melihat kau sedang duduk di luar waktu sholat?” Ia menjawab: ”Aku bingung memikirkan hutangku, wahai Rasulullah.” Beliau bertanya: ”Maukah aku ajarkan kepadamu sebuah do’a yang apabila kau baca maka Allah ta’aala akan menghilangkan kebingunganmu dan melunasi hutangmu?” Ia menjawab: ”Tentu, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda,”Jika kau berada di waktu pagi maupun sore hari, bacalah do’a:


اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ

”Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari lilitan hutang dan kesewenang-wenangan manusia.” Kata Abu Umamah radhiyallahu ’anhu: ”Setelah membaca do’a tersebut, Allah berkenan menghilangkan kebingunganku dan membayarkan lunas hutangku.” (HR Abu Dawud 4/353)
 

Rahasia Do’a Mengatasi Hutang

Doa ampuh yang diajarkan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam kepada Abu Umamah radhiyallahu ’anhu merupakan doa untuk mengatasi problem hutang berkepanjangan. Di dalam doa tersebut terdapat beberapa permohonan agar Allah ta’aala lindungi seseorang dari beberapa masalah dalam hidupnya. Dan segenap masalah tersebut ternyata sangat berkorelasi dengan keadaan seseorang yang sedang dililit hutang.

Pertama, ”Ya Allah aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih.” Orang yang sedang berhutang biasanya mudah menjadi bingung dan tenggelam dalam kesedihan. Sebab keadaan dirinya yang berhutang itu sangat potensial menjadikannya hidup dalam ketidakpastian alias bingung dan menjadikannya tidak gembira alias berseduih hati.

Kedua, ”Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas.” Biasanya orang yang berhutang akan cenderung menjadi lemah. Dan biasanya orang yang malas dan tidak kreatif dalam menjalani perjuangan hidup cenderung mudah berfikir untuk menacari pinjaman alias berutangketika sedikit saja menghadapi rintangan dalam hidup. Sedangkan orang yang rajin cenderung tidak berfikir untuk berhutang selagi ia masih punya ide solusi selain berhutang dalam hidupnya. Orang rajin bahkan akan menolak bilamana memperoleh tawaran pinjaman uang karena ia anggap itu sebagai suatu beban yang merepotkan.

Ketiga, ”Aku berlindung kepada Engkau dari sifat pengecut dan kikir.” Biasanya orang yang terlilit hutang menjadi orang yang diliputi rasa takut. Ia cenderung menjadi pengecut. Jauh dari sifat pemberani. Mentalnya jatuh dan tidak mudah memiliki kemantapan batin. Dan orang yang berhutang mudah menjadi kikir jauh dari sifat demawan. Bila kotak amal atau sedekah melintas di depannya ia akan membiarkannya berlalu Hal ini karena ia menggunakan logika ”Bagaimana aku bisa bersedekah, sedangkan hutangku saja belum lunas.”

Keempat, ”Dan aku berlindung kepada Engkau dari lilitan hutang dan kesewenang-wenangan manusia.” Doa bagian akhir mengandung inti permohonan seorang yang terlilit hutang. Ia serahkan harapannya sepenuhnya kepada Allah ta’aala Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji agar menuntaskan problem hutang yang berkepanjangan membebani hidupnya. Di samping itu ia memohon agar dirinya dilindungi Allah ta’aala dari kesewenang-wenangan manusia. Kesewenangan dimaksud terutama yang bersumber dari fihak yang berpiutang. Sebab tidak jarang ditemukan bahwa fihak yang berpiutang lantas bertindak zalim kepada yang berhutang. Ia merasa telah menanam jasa dengan meminjamkan uang kepada yang berhutang. Lalu ia merasa berhak untuk berbuat sekehendaknya kepada yang berhutang apalagi jika yang berhutang menunjukkan gejala tidak sanggup melunasi hutangnya dengan segera.

Itulah sebabnya dunia modern dewasa ini banyak diwarnai oleh berbagai tindak kezaliman. Sebab dalam era dunia modern manusia sangat mudah berhutang. Dalam kebanyakan transaksi manusia dianjurkan untuk terlibat dalam hutang alias transaksi yang tidak tunai. Sedikit sedikit kredit. Apalagi skema pelunasan hutangnya melibatkan praktek riba yang termasuk dosa besar. Islam adalah ajaran yang menganjurkan manusia untuk membiasakan diri bertransaksi secara tunai. Ini bukan berarti Islam mengharamkan berhutang. Hanya saja Islam memandang bahwa berhutang merupakan suatu pilihan yang bukan ideal dan utama. Itulah sebabnya ayat terpanjang di dalam Al-Qur’an ialah ayat mengenai berhutang, yaitu surah Al-Baqarah ayat 282.

Suatu ketika Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ’anhu didatangi anaknya yang hendak meminjam uang. Lalu ia berkata kepadanya ”Nak, aku tidak punya uang.” Lantas anaknya mengusulkan agar ayahnya pinjamkan dari Baitul Maal (Simpanan Kekayaan Negara). Maka Umar-pun menulis memo kepada pemegang kunci Biatul Maal yang isinya: ”Wahai bendahara, tolong keluarkan sekian dinar dari Baitul Maal untuk aku pinjamkan ke anakku. Nanti biar aku cicil dengan potong gajiku tiga bulan ke depan.”

Maka memo tersebut dibawa oleh anaknya dan diserahkan kepada bendahara. Tidak berapa lama iapun kembali menemui ayahnya dengan wajah murung. ”Ayah, aku tidak menerima apa-apa dari bendahara kecuali secarik kertas ini untuk disampaikan kepadamu.” Maka Umar menyuruh anaknya membacakan isi memo balasan itu. Isinya ”Wahai Amirul Mu’minin Umar bin Khattab, bagiku sangatlah mudah untuk mengeluarkan sekian dinar dari Baitul Maal untuk engkau pinjam. Namun aku minta syarat terlebih dahulu darimu. Aku minta agar engkau memberi jaminan kepadaku bahwa tiga bulan ke depan Amirul Mu’minin Umar bin Khattab masih hidup di dunia untuk melunasi hutang tersebut.” Maka Umar langsung beristighfar dan menyuruh anaknya pulang…!

Demikian mengenai Rahasia Do’a Mengatasi Hutang, semoga postingan kali ini bisa bermanfaat buat kalian semuanya. Wassalamualaikum


sumber :eramuslim.com
Mengapa Kaum Muslimin Mundur Dan Kaum Selainnya Maju? - Assalamualaikum sahanat muslim, alhamdulillah bisa posting lagi nih. Kali ini saya akan posting, dan postingan saya ini agak menyinggung sejarah kejayaan islam atau biasanya di sebut gold triumph.

Jika kita lihat tahun sekita 1200 - 1600 mesehi, islam mengusai dunia dari berbagai bidang. Islam mengusai dunia bukan dengan cara kekerasan, tapi karena ajaran islam yang bisa diterima diseluruh masyarakat luas.

Pertanyaan di atas merupakan judul sebuah buku terkenal karya Amir Syakib Arsalan yang ditulis pada awal abad ke dua puluh. Beliau menulisnya sebagai hasil analisanya terhadap kondisi terpuruk dan terpecah-belahnya ummat Islam pada masa itu. Sesudah hampir satu abad sejak ditulis, ternyata isi bukunya masih cukup relevan dengan realitas ummat Islam dewasa ini. Beliau menjadi saksi sejarah keruntuhan Kesultanan Turki Utsmani serta semakin mencengkeramnya fihak imperialis penjajah Eropa di berbagai negeri Islam. Beliau mencatat bagaimana negeri-negeri Islam tidak berdaya dijajah oleh aneka penjajah, seperti Inggris, Perancis, Itali, Belanda dan beliau sangat risau serta prihatin dengannya. Akhirnya beliau menjadi heran sehingga mengajukan pertanyaan di atas“Mengapa Kaum Muslimin Mundur Dan Kaum Selainnya Maju?” Secara garis besar Syakib Arsalan berkesimpulan bahwa kaum muslimin menjadi mundur dikarenakan mereka meninggalkan agama mereka dienullah Al-Islam. Sedangkan pihak Eropa barat kafir justeru menjadi maju karena mereka meninggalkan agama mereka, yaitu agama Nasrani atau Kristen. Mengapa bisa demikian? Karena Islam adalah agama yang benar, sempurna dan saling menyempurnakan antara satu bagian dengan bagian lainnya. Sedangkan agama para penjajah merupakan agama yang telah kehilangan keasliannya. Agama Nasrani telah mengalami banyak penyimpangan serta kontaminasi nilai akibat ulah tangan-tangan jahil para rahib, pendeta dan pastornya. Mereka telah sengaja merubah isi Al-Kitab Bible di sana-sini. Perubahan tersebut dilakukan karena berbagai kepentingan duniawi dan hawa nafsu. Oleh sebab itu Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم pernah bersabda:

لَا تُصَدِّقُوا أَهْلَ الْكِتَابِ وَلَا تُكَذِّبُوهُمْ وَقُولُواآمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ الْآيَةَ

“Jangan kalian benarkan ahli kitab, dan jangan pula kalian mendustakannya, dan katakan saja ‘Kami beriman kepada Allah, dan apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu’.”(HR. Bukhari 6816) Sedangkan sumber utama ajaran Al-Islam, yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah, keduanya memperoleh jaminan terpelihara keasliannya dari Allah سبحانه و تعالى :

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr [15] : 9)

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلا وَحْيٌ يُوحَى

“…dan tiadalah yang diucapkannya (Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم ) itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya),” (QS. An-Najm [53] : 3-4)

Selain itu, kaum muslimin menjadi mundur saat meninggalkan agamanya karena Islam dan ilmu pengetahuan berjalan seiring. Sehingga begitu kaum muslimin meninggalkan Islam secara otomatis juga meninggalkan ilmu pengetahuan, maka akibatnya mereka menjadi mundur. Sebaliknya, kaum kafir Eropa memiliki agama yang diwakili oleh pihak gereja pada abad kegelapan. Dan bukan rahasia lagi bahwa pada masa itu banyak doktrin dan ajaran fihak gereja alias agama Nasrani bertolak belakang dengan ilmu pengetahuan. Sehingga ketika masyarakat kafir Eropa berontak terhadap belenggu gereja mereka secara otomatis mendekat kepada ilmu pengetahuan dan itu menyebabkan mereka menjadi maju.

Dalam situasi seperti itu Amir Syakib Arsalan membedah persoalan kaum muslimin. Dengan piawai beliau berhasil merumuskan secara tertib rangkaian sebab mundurnya kaum muslimin dan majunya kaum selainnya. Ada lima sebab menurutnya. Dan kelima sebab tersebut memiliki hubungan sebab-akibat satu sama lainnya. Uniknya lagi, kelima sebab tersebut jika kita perhatikan baik-baik, masih sangat relevan dengan keadaan kaum muslimin hingga saat ini. Kelima sebab tersebut ialah sebagai berikut:

    Jauh dari Kitabullah Al-Qur’anul Karim dan As-Sunnah An-Nabawiyyah
    Hilangnya tsiqoh (kepercayaan) terhadap Islam—inhizamun dakhily (inferior/rendah diri)
    At-Taqlid (mengekor secara mambabi buta)
    At-Tafriqoh (perpecahan)
    Tertinggal dalam berbagai urusan dunia

  Pertama, kaum muslimin pada umumnya jauh dari dua sumber utama kemuliaan mereka, yakni Kitabullah Al-Qur’an dan As-Sunnah An-Nabawiyyah. Padahal Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم secara gambalang mewasiatkan agar kita senantiasa berpegang teguh kepada kedua warisan suci tersebut. Hanya dengan bersikap demikianlah kita tidak bakal menjadi tersesat dari jalan lurus yang Allah سبحانه و تعالى telah bentangkan bagi orang-orang beriman.

تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ

Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda, “Telah aku tinggalkan untuk kalian, dua perkara yang kalian tidak akan sesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya; Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya.” (HR. Malik 1395)   Semestinya kedua perkara ini menjadi rujukan utama kaum muslimin, baik dalam urusan kecil maupun besar, baik urusan pribadi maupun bermasyarakat. Kedua perkara ini merupakan sumber kemuliaan dan kebanggaan kaum muslimin. Jika mereka akrab dengannya, niscaya mereka menjadi mulia. Jika mereka jauh dari keduanya, niscaya mereka akan dihinggapi kehinaan sebagaimana yang tampak dewasa ini.

وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُوَمَنْ فِيهِنَّ بَلْ أَتَيْنَاهُمْ بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ مُعْرِضُونَ

“Andai kata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.” (QS. Al-Mukminun [23] : 71) Realitasnya, dewasa ini hubungan kaum muslimin umumnya jauh dari kedua sumber utama ajaran Islam tersebut. Kalaupun ada hubungan biasanya hanya hubungan parsial. Ada yang hubungannya dengan Al-Qur’an hanya sebatas tilawah (membacanya). Atau kalaupun ada yang lebih daripada itu ialah hubungan tahfizh (menghafalkannya). Ini bukan berarti kita tidak menganggap penting aktifitas tilawah dan tahfizh Al-Qur’an. Tetapi masalahnya ini tidaklah cukup. Allah سبحانه و تعالى tidak menurunkan Al-Qur’an dengan maksud sebatas itu. Allah سبحانه و تعالى menurunkan Al-Qur’an agar menjadi petunjuk, pedoman hidup bagi ummat Islam, bahkan segenap ummat manusia. Allah سبحانه و تعالى menghendaki agar dengan berpedoman kepada Al-Qur’an ummat manusia keluar dari kegelapan jahiliyah menuju terangnya hidayah cahaya Islam. Maka sepatutnya kaum muslimin juga tadabbur (memahami) dan tathbiq (mengamalkan) Al-Qur’anul Karim. Tetapi hal di atas tidak terjadi. Malah banyak muslim yang lebih bangga hidup berpedoman kepada berbagai sumber kebanggaan selain daripada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi صلى الله عليه و سلم . Mereka bangga dengan berbagai kitab karya manusia. Ada yang lebih bangga dengan kitab warisan nenek moyangnya yang bukan Islam. Ada yang membanggakan kitab produk kaum kuffar Eropa. Ada yang membanggakan kitab lokal-tradisional suku atau bangsanya yang bukan berpedoman kepada Kitabullah. Dan banyak lagi lainnya. Padahal Allah سبحانه و تعالى sudah memperingatkan apa yang bakal terjadi jika mereka meninggalkan sumber kebanggaan yang berasal dari Allah سبحانه و تعالى dan Sunnah Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم .

وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُواالسُّبُلَفَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“…dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-An’aam [6] : 153)

Kedua, Hilangnya tsiqoh (kepercayaan) terhadap Islam—inhizamun dakhily (inferior). Dikarenakan kaum muslimin jauh dari sumber kebanggaan dan kemuliaannya, maka mulailah tumbuh sikap minder atau malu menjadi seorang muslim. Mulailah kaum muslimin terjangkiti penyakit inferior (rendah diri) untuk menampilkan nilai-nilai Islam dalam kesehariannya. Mereka tidak ingin dianggap terbelakang dan ketinggalan zaman. Sedangkan agama Islam sudah terlanjur di-asosiasi-kan dengan segala sesuatu yang mengindikasikan keterbelakangan dan ketinggalan zaman. Hilang sudah kebanggaan diri sebagai seorang muslim. Padahal di dalam Al-Qur’an justeru Allah سبحانه و تعالى muliakan orang-orang beriman dengan menamakan mereka kaum muslimin.

هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ مِلَّةَأَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَذَا

“Dia (Allah سبحانه و تعالى ) telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian muslimin dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur’an) ini.” (QS. Al-Hajj [22] : 78) Karena jauh dari Al-Qur’an, maka kaum muslimin menjadi seolah tidak pernah membaca ayat di atas. Mereka tidak sadar bahwa justeru tampil dengan identitas Islam merupakan tuntutan dari Allah سبحانه و تعالى dan barangsiapa bangga dengan nilai-nilai Islam berarti ia sedang mengejar ridha Allah سبحانه و تعالى . Dan ini berarti mereka belum benar-benar beriman. Sebab Allah سبحانه و تعالى berjanji bahwa barangsiapa yang beriman dengan benar, niscaya hilanglah rasa rendah diri dan kesedihan hidupnya.


Mengapa Kaum Muslimin Mundur Dan Kaum Selainnya Maju?

وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali-Imran [3] : 139) Ketiga, At-Taqlid (mengekor secara mambabi buta). Karena sudah tidak memiliki tsiqoh (kepercayaan) terhadap Islam sebagai jalan hidup, maka mulailah kaum muslimin melirik berbagai ajaran selain agama Allah سبحانه و تعالى . Karena mereka minder menyebut diri sebagai muslim, minder bila tampil dengan identitas Islam semata, tidak yakin bakal diterima di tengah masyarakat modern bila hanya mengkampanyekan Islam saja, maka mulailah mereka mencari alternatif lain yang diyakini bakal lebih “laku” di tengah zaman penuh fitnah ini. Mulailah mereka mencari alternatif lain yang mereka yakini bakal secara cepat mendatangkan dukungan luas masyarakat. Sambil melupakan pentingnya dukungan Allah سبحانه و تعالى sebelum segala sesuatunya. Apalah artinya mendapat dukungan luas masyarakat bila Allah سبحانه و تعالى tidak ridha. Jauh lebih penting dan sudah semestinya kaum muslmin selalu mengutamakan dukungan atau ridha Allah سبحانه و تعالى daripada dukungan masyarakat luas. Walaupun sudah barang tentu ideal bila dapat memperoleh dukungan Allah سبحانه و تعالى sekaligus dukungan masyarakat luas. Tetapi di zaman penuh fitnah seperti sekarang ini, pilihan yang ada seringkali sangat pahit. You can”t win them all…! Masing-masing diri dan kelompok mencari seruan, jalan hidup, ideologi, pandanganhidup, nilai-nilai selain Islam yang dia lebih tsiqoh kepadanya. Lalu mereka mengikutinya dengan semangat taqlid alias membabi-buta. Mereka tidak mengkritisi ajaran baru yang mereka pandang menjadi solusi lebih baik dari Islam, baik mengikutinya secara murni maupun dengan mengkombinasikannya bersama ajaran Islam. Biasanya sebelum mereka taqlid dengan ajaran baru tersebut mereka mengaku sudah meneliti dan mempelajarinya secara mendalam. Dan kesimpulannya mereka katakan bahwa ajaran baru tersebut sejalan alias tidak bertentangan dengan Islam. Itulah sebabnya mereka menganutnya. Mereka lupa bahwa kalaupun ajaran baru itu tampak sejalan dengan Islam, namun ia merupakan produk manusia yang sudah barang tentu tidak sempurna bebas-cacat dan penyimpangan, serta tidak pantas disetarakan, apalagi ditinggikan lebih daripada ajaran produk Allah سبحانه و تعالى . Subaahanallahi ‘amma yusyrikun (Maha Suci Allah سبحانه و تعالى dari apa-apa yang mereka persekutukan/asosiasikan). Dan lagi, kalaupun ada ajaran selain Islam yang “sejalan” dengan Islam, mengapa tidak merasa cukup dengan menganut Islam saja? Mengapa harus lebih mengedepankan ajaran selain Islam-nya? Mengapa tidak Islam-nya saja yang dikedepankan? Bukankah Allah سبحانه و تعالى sudah mengarahkan kita untuk senantiasa menampilkan Islam dan mengaku muslim dalam berbagai kiprah saat kita mengajak manusia menuju Allah سبحانه و تعالى alias saat sedang terlibat dalam aktifitas mengajak manusia yang biasa dikenal dengan istilah ad-da’wah..?

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِوَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru (mengajak) kepada Allah سبحانه و تعالى , mengerjakan amal yang saleh dan berkata, ‘Sesungguhnya aku termasuk kaum muslimin (orang-orang yang berserah diri)?’” (QS. Fushilat [41] : 33) Mulailah penyakit taqlid alias mengekor secara membabi buta menjadi fenomena di tengah kaum muslimin. Yang terlalu kagum dengan asal-usul identitas bangsa dan nenek moyangnya mengambil nasionalisme. Yang over-kagum dengan tatanan sosial masyarakat barat mengambil sekularisme dan demokrasi. Yang berlebihan mengutamakan toleransi dan perdamaian mengambil pluralisme. Yang tidak kuasa mengendalikan hawa nafsunya dan terlena dengan kesenangan dunia fana mengambil liberalisme dan hedonisme. Yang mendewakan akalnya sibuk berlomba mengejar ketertinggalan di bidang materi, sains dan teknologi, tanpa melihat halal-haramnya. Yang mengutamakan aspek spiritual modern mengambil new age religion. Yang mengutamakan spiritual tradisional mengambil paham kearifan lokal alias mistik-klenik. Pendek kata, masing-masing telah memiliki alternatif lain ajaran yang diikuti selain Islam. Ada yang terang-terangan mengaku mengikutinya tanpa menyertakan Islam dalam identitasnya. Tetapi yang kebanyakan adalah yang malu-malu untuk mengaku bahwa ia telah menganut ajaran selain Islam dan meninggalkan Islam. Sehingga akhirnya mereka cenderung mengkombinasikannya dengan Islam sebagai identitas. Artinya ajaran barunya itu biasanya “dicantolkan” bersama dengan identitas Islam yang -kata mereka- masih mereka anut. Akhirnya muncullah istilah-istilah asing seperti Islam-nasionalis, Islam-demokrat, Islam-liberalis, Islam-modernis, Islam-pluralis, Islam-progressif, Islam-universalis, Islam-humanis, Islam-spiritualis dan lain sebagainya. Pada prakteknya justeru ajaran selain Islam yang ditempelkan kepada identitas Islam itulah yang lebih diutamakan daripada Islamnya itu sendiri. Perlu diingat bahwa Islam-plus atau Islam-minus atau apapun namanya dia bukanlah Islam. Sebab Islam adalah Islam. Ia adalah agama Allah سبحانه و تعالى yang telah sempurna. Tidak memerlukan tambahan dan tidak sepatutnya dikurangi atau ditawar-tawar…!

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُعَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS Al-Maidah 3) Keempat, At-Tafriqoh (perpecahan). Karena masing-masing kelompok tenggelam di dalam kebanggaan ajaran selain Islam, maka otomatis merebaklah perpecahan di dalam tubuh ummat Islam. Masing-masing kelompok membanggakan seruan kelompoknya. Padahal seruannya sudah tidak murni ajaran Allah سبحانه و تعالى . Lalu apa yang mereka harapkan? Apakah mereka mengira jika manusia menyambut seruan mereka berarti itu pertanda benarnya seruan mereka? Inilah dua pasal yang dibahas dengan tajam oleh Syakib Arsalan: (1) Dalam Berjuang jangan Membanggakan Jumlah Pengikut dan (2) Kemenangan Suatu Ummat Tidak Bergantung Kepada Kuantitas Tetapi Kualitas. Mereka menjadi sibuk mengutamakan kuantitas pengikut, kohesitas kelompok, daya konsolidasi dan kemampuan mobilisasi anggotanya daripada memfokus kepada substansi ajaran yang mereka serukan. Padahal sudah jelas di dalam Al-Qur’an Allah سبحانه و تعالى menyuruh ummat Islam untuk memastikan komitmen kepada agama Allah سبحانه و تعالى sebelum membangun soliditas kebersamaan. Bahkan komitmen murni dan konsekuen kepada agama Allah سبحانه و تعالى itulah syarat lahirnya sebuah jama’ah yang solid, mumpuni, tidak terpecah dan selamat di dunia-akhirat.

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا

“Dan berpegang-teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.” (QS. Ali-Imran [3] : 103) Ayat ini sering disalah-fahami sebagai ayat yang memerintahkan pentingnya جَمِيعًا (berjamaah). Padahal berjamaah merupakan hasil dari pelaksanaan perintah utama di dalam ayat ini, yakni وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ (berpegang-teguhlah kamu kepada tali (agama) Allah). Bila sekumpulan muslim berpegang-teguh secara murni dan konsekuen kepada agama Allah, niscaya kesatuan hati di antara mereka Allah سبحانه و تعالى tumbuhkan. Mereka menjadi akrab satu sama lain, baik secara resmi berada di dalam satu kelompok maupun tidak. Tapi sebaliknya, berbagai pengelompokan yang berlandaskan selain agama Allah, baik secara eksplisit maupun tersamar alias malu-malu, maka ia tidak akan dijamin kesatuan hatinya, Kalaupun tampak solid, ia hanya akan solid sebatas tampilan luar saja dan sebatas di dunia saja, sedangkan di akhirat mereka pasti akan bercerai-berai bahkan saling mencela satu sama lain.

الأخِلاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلا الْمُتَّقِينَ

“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zukhruf [43] : 67) Bahkan kepatuhan mereka kepada pimpinan kelompok masing-masing yang sewaktu di dunia dibanggakan sebagai bukti kedisiplinan dan kemuliaanan komitmen, justru menjadi penyesalan di akhirat.

يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولاوَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلارَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا

Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata, “Alangkah baiknya, andai kata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul.” Dan mereka berkata, “Ya Rabb kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Rabb kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar.” (QS. Al-Ahzab [33] : 66-68) Masing-masing kelompok yang berjuang dengan aneka seruan selain Islam salingmembanggakan seruan dan kelompoknya. Sehingga berpecah-belahlah ummat Islam. Solusi yang tiap-tiap kelompok tawarkan bukanlah kembali kepada kemurnian Islam, tetapi malah semakin bersemangat mempromosikan kehebatan dan keutamaan masing-masing kelompoknya. Akhirnya group values menjadi lebih utama daripada Islamic values. Apa saja yang berasal dari kelompoknya dia bela dan apa saja yang datang dari luar kelompknya dia curigai. Akhirnya tolok-ukur benar-salah bukan lagi Islam tetapi kelompoknya dan apa saja yang bersumber dari pimpinan kelompoknya.

وَلا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْوَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ

“…dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (QS. Ar-Ruum [30] : 31-32) Kelima, tertinggal dalam berbagai urusan dunia. Akhirnya, menurut Syakib Arsalan, tenggelamnya kaum muslimin dalam perpecahan secara otomatis melemahkan ummat Islam secara keseluruhan. Dan Allah سبحانه و تعالى jelas telah menegaskan bahwa ketidak-kompakkan ummat dalam mentaati Allah سبحانه و تعالى dan Rasul-Nya صلى الله عليه و سلم pasti melahirkan kelemahan dan menghilangkan kekuatan ummat Islam.

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُواوَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfaal [8] : 46) Semua bersumber dari lebih bangganya kaum muslimin terhadap seruan selain Islam, baik sendirian maupun bersama Islam. Apakah itu dengan cara menampilkan seruan Islam-plus atau Islam-minus, maka apapun seruannya jika kaum muslimin tidak menerima Islam secara utuh dan apa adanya dari Allah سبحانه و تعالى , niscaya mereka bakal menjadi hina di dunia dan merugi di akhirat.

أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍفَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذَلِكَ مِنْكُمْ إِلا خِزْيٌفِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَى أَشَدِّ الْعَذَابِ

“Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian dari padamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat.” (QS. Al-Baqarah [2] : 85) Walaupun ayat di atas turun berkenaan dengan kaum yahudi, namun Allah سبحانه و تعالى menyuruh ummat Islam untuk mengambil pelajaran dari kisah ummat-ummat terdahulu. Sebab bila ummat Islam mengikuti kekeliruan kaum Yahudi, niscaya nasib yang sama bakal menimpa mereka. Hina di dunia dan azab di akhirat….! Wa na’udzu billaahi min dzaalika…..

Demikian mengenai Mengapa Kaum Muslimin Mundur Dan Kaum Selainnya Maju?, semoga postingan kali ini bisa bermanfaat buat kalian semuanya. Wassalamualaikum

sumber : eramuslim.com
Nasib Para Pemburu Dunia - Assalamualaikum sahabat muslim, Alhamdulillah bisa posting lagi. Semoga postingan saya ini bisa menjadi penambah ilmu kalian yang membaca.

Saudaraku, sungguh Allah ta’aala memang Maha Pemurah. Allah ta’aala tidak membedakan pemberian karuniaNya kepada hartaduniagolongan pencinta dunia maupun golongan pemburu akhirat. Keduanya Allah ta’aala berikan bantuan dari kemurahanNya. Namun Allah ta’aala tegaskan bahwa nasib akhir para pemburu akhirat jauh lebih baik dan lebih terpuji.

كُلًّا نُمِدُّ هَؤُلَاءِ وَهَؤُلَاءِ مِنْ عَطَاءِ رَبِّكَ وَمَا كَانَ عَطَاءُ رَبِّكَ مَحْظُورًا

“Kepada masing-masing golongan baik golongan ini maupun golongan itu Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya.” (QS Al-Israa ayat 20-21)

Saudaraku, manusia pencinta dunia adalah manusia yang tidak sabar. Sebab mereka ingin memperoleh yang dekat sambil meninggalkan yang jauh. Yang dekat ialah kesenangan dunia fana. Sedangkan yang jauh ialah kebahagiaan hakiki akhirat yang kekal-abadi dan kehadirannya sesudah berlalunya kehidupan dunia ini.

Allah ta’aala berjanji akan menyempurnakan keberhasilan para pencinta dunia di dunia. Allah ta’aala tidak menghalangi pencinta dunia untuk memperoleh keberhasilannya di dunia jika ia penuhi segenap sebab-sebab keberhasilannya. Allah ta’aala tidak akan membiarkan mereka merugi di dunia. Namun Allah ta’aala mengancam dengan kepastian neraka di akhirat bagi mereka dikarenakan sempitnya pandangan mereka yang hanya mengidamkan keberhasilan sebatas dunia fana ini.

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ

 فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ  أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ

فِي الْآَخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan” (QS Hud15-16)
 

Nasib Para Pemburu Dunia

Sebagian muslim kadang heran mengapa para pencinta dunia dan ahli maksiat kok semakin hari semakin mudah meraih keberhasilan duniawi. Padahal firman Allah ta’aala di atas jelas-jelas menyebutkan  bahwa Allah ta’aala memang memudahkan para pencinta dunia untuk memperoleh apa yang mereka cita-citakan. Ini sudah merupakan hukum Allah ta’aala. Jadi kita tidak perlu merasa heran mengapa orang-orang seperti para selebritis alias ahli maksiat semakin sukses secara duniawi.

Begitu pula sebaliknya. Ada sebagian muslim yang sulit memahami mengapa orang-orang beriman hidupnya di dunia begitu sulit dan sarat penderitaan. Padahal memang inilah ketentuan yang sudah digariskan oleh Allah ta’aala. Bahkan dalam sebuah hadits Nabi shollallahu ’alaihi wa sallam jelas-jelas bersabda:

الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ

“Dunia itu penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir.”  (HR Tirmidzy 2246)

Orang beriman hidup di dunia laksana dalam penjara karena ia dengan penuh kesadaran memilih jalan hidup yang sarat dengan komitmen terhadap peraturan dan batasan-batasan yang telah digariskan Allah ta’aala. Ia tidak pernah merasa enggan dan keberatan untuk mentaati peraturan dan batasan Allah ta’aala sebab ia tahu bahwa dengan menempuh jalan hidup seperti itulah ia bakal memasuki kehidupan selanjutnya dengan penuh kehormatan dan kebahagiaan hakiki. Ia  tidak merasa keberatan dengan segala kesulitan hidup dunia sebab ia tidak pernah menjadikan dunia sebagai batas pengetahuan dan ambisinya. Pengetahuan dan ambisi hidupnya jauh melampaui dunia fana ini sampai ke akhirat yang kekal-abadi. Ia sadar bahwa kalaupun hidupnya harus susah di dunia, maka itu tidak akan berlangsung selamanya. Dunia ini sangat sementara dan sangat singkat perjalanannya. Adapun akhirat merupakan tempat yang jauh lebih hakiki dan kekal untuk dijadikan ambisi.

وَمَنْ أَرَادَ الْآَخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا

“Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mu’min, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik.” (QS Al-Israa ayat 19)

Sebaliknya, orang-orang kafir sedemikian obsesinya untuk meraih kesenangan secepat mungkin, maka mereka menyangka bahwa hanya di dunia inilah ia perlu menikmatinya. Itulah sebabnya mereka demikian bersungguh-sungguh untuk mengejarnya. Mereka ingin memaksa agar surga segera dirasakan secepatnya di dunia fana ini. Mareka tidak sabar. Bahkan mereka tidak yakin masih ada lagi kehidupan selain di dunia ini. Maka daripada berspekulasi dengan akhirat yang belum pasti keberadaannya lebih baik bersegera mewujudkan surga di dunia ini dan menjauh dari neraka dunia sedapat mungkin. Harus kaya, harus senang, harus berkuasa  sekarang. Jangan biarkan diri sedih dan menderita di dunia.

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ

 نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا

“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.” (QS Al-Israa ayat 18)

Demikian mengenai Nasib Para Pemburu Dunia, semoga postingan kali ini bisa bermanfaat buat kalian semuanya. Wassalamualaikum.

sumber : eramuslim.com
Raih Keberkahan Di Pagi Hari - Assalamualaikum sahabat muslim, alhamdulillah bisa posting lagi nih. Kali ini saya akan posting mengenai Raih Keberkahan Di Pagi Hari. Yuk langsung simak aja penjelasan yang dilansir dari www.eramuslim.com

Saudaraku, Islam ternyata sangat peduli dengan dinamika dan semangat beraktivitas di awal waktu. Setiap hari selalu diawali dengan datangnya waktu pagi. Waktu pagi merupakan waktu istimewa. Ia selalu diasosiasikan sebagai simbol kegairahan, kesegaran dan semangat. Barangsiapa merasakan udara pagi niscaya dia akan mengatakan bahwa itulah saat paling segar alias fresh sepanjang hari. Pagi sering dikaitkan dengan harapan dan optimisme. Pagi sering dikaitkan dengan keberhasilan dan sukses. Sehingga dalam peradaban barat-pun dikenal suatu pepatah berbunyi: ”The early bird catches the worm.” (Burung yang terbang di pagi harilah yang bakal berhasil menangkap cacing).

Dalam sebuah hadits ternyata Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam juga memberi perhatian kepada waktu pagi. Sehingga di dalam hadits tersebut beliau mendoakan agar ummat Islam peduli dan mengoptimalkan waktu spesial dan berharga ini.
 


Nabi shollallahu ’alaih wa sallam berdoa: “Ya Allah, berkahilah ummatku di pagi hari.” Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam biasa mengirim sariyyah atau pasukan perang di awal pagi dan Sakhru merupakan seorang pedagang, ia biasa mengantar kafilah dagangnya di awal pagi sehingga ia sejahtera dan hartanya bertambah.” (HR Abu Dawud 2239)

Melalui doa di atas Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam ingin melihat umatnya menjadi kumpulan manusia yang gemar beraktifitas di awal waktu. Dan hanya mereka yang sungguh-sungguh mengharapkan keberhasilan dan keberkahan-lah yang bakal sanggup berpagi-pagi dalam kesibukan beraktifitas. Oleh karenanya, saudaraku, janganlah kita kecewakan Nabi kita. Janganlah kita jadikan doa beliau tidak terwujud. Marilah kita menjadi ummat yang pandai bersyukur dengan adanya waktu pagi.  Marilah kita me-manage jadwal kehidupan kita sehingga di waktu pagi kita senantiasa dilimpahkan berkah karena kita didapati Allah dalam keadaan ber’amal.

Janganlah kita menjadi seperti sebagian orang di muka bumi yang membiarkan waktu pagi berlalu begitu saja dengan aktifitas tidak produktif, seperti tidur misalnya. Biasanya mereka yang mengisi waktu pagi dengan tidur menjadi fihak yang sering kalah dan merugi. Bagaimana tidak kalah dan merugi? Pagi merupakan waktu yang paling segar dan penuh gairah… Bila di saat paling baik saja seseorang sudah tidak produktif, bagaimana ia bisa diharapkan akan sukses beraktifitas di waktu-waktu lainnya yang kualitasnya tidak lebih baik dari waktu pagi hari…???

Maka, di antara kiat-kiat agar insyaAllah kita selalu memperoleh keberkahan di pagi hari adalah:

Pertama, jangan biasakan begadang di malam hari. Usahakanlah agar setiap malam kita bersegera tidur malam. Idealnya kita jangan tidur malam melebihi jam sepuluh malam. Kalaupun banyak tugas, maka pastikan mulai tidur  jangan lebih lambat dari jam sebelas. Kalaupun tugas sedemikian bertumpuknya, maka pastikan bahwa pukul duabelas tengah malam merupakan batas akhir kita masih bangun.

Kedua, pastikan bahwa sedapat mungkin kita bisa bangun di tengah malam sebelum azan Subuh untuk mengerjakan sholat tahajjud dan witir. Idealnya kita selalu berusaha untuk sholat malam sebagaimana Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam, yaitu sebanyak delapan rakaat tahajjud dan tiga rakaat witir. Namun jika tidak tercapai, maka kurangilah jumlah rakaatnya sesuai kesanggupan fisik dan ruhani sehingga minimal dua rakaat tahjjud dan satu rakaat witir. Tapi ingat, ini hanya dikerjakan bila kita terpaksa karena tidur terlalu  larut malam mendekati jam duabelas malam.  Yang jelas, usahakanlah setiap malam agar kita selalu bisa melaksanakan sholat malam (tahjjud plus witir). Karena Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menjamin bahwa orang yang menyempatkan diri untuk bangun malam dan sholat malam, maka ia bakal memperoleh semangat dan kesegaran di pagi harinya. Dan sebaliknya, barangsiapa yang tidak menyempatkan diri untuk bangun dan sholat malam, maka di pagi hari ia bakal memiliki perasaan buruk dan  malas.
 

“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu bahwa Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Syetan akan mengikat tengkuk salah seorang di antara kamu apabila ia tidur dengan tiga ikatan. Syetan men-stempel setiap simpul ikatan atas kalian dengan mengucapkan: Bagimu malam yang panjang maka tidurlah. Apabila ia bangun dan berdzikir kepada Allah ta’aala maka terbukalah satu ikatan. Apabila ia wudhu, terbuka pula satu ikatan. Apabila ia sholat, terbukalah satu ikatan. Maka, di pagi hari ia penuh semangat dan segar. Jika tidak, niscaya di pagi hari perasaannya buruk dan malas.” (HR Bukhary 4/310)

Ketiga, pastikan diri tidak kesiangan sholat subuh. Dan khusus bagi kaum pria usahakanlah untuk sholat subuh berjamaah di masjid. Sebab sholat subuh berjamaah di masjid merupakan sarana untuk membersihkan hati dari penyakit kemunafikan.
 

Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam: “Sesungguhnya sholat yang paling berat bagi kaum munafik adalah sholat isya dan subuh (berjamaah di masjid). Andai mereka tahu apa manfaat di dalam keduanya niscaya mereka akan mendatanginya walaupun harus merangkak-rangkak. (HR Muslim 2/123)
 

”Dan sungguh dahulu pada masa Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam tiada seorang tertinggal dari sholat berjama’ah kecuali orang-orang munafiq yang terang kemunafiqannya.” (HR Muslim 3/387)

Keempat, janganlah tidur sesudah sholat subuh. Segeralah isi waktu dengan sebaik-baiknya. Entah itu dengan bersegera membaca wirid atau ma’tsurat pagi atau apapun kegiatan bermanfaat lainnya. Barangkali bisa membaca buku, berolah-raga atau menulis buku atau bahkan berdagang sebagaimana kebiasaan sahabat Sakhru bin Wada’ah. Orang yang tidur di waktu pagi berarti menyengaja dirinya tidak menjadi bagian dari umat Islam yang didoakan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam memperoleh berkah Allah di pagi hari. Ia menyia-nyiakan kesempatan berharga. Pagi merupakan saat paling berkualitas sepanjang hari. Alangkah naifnya orang yang sengaja membiarkan waktu pagi berlalu begitu saja tanpa aktifitas bermanfaat dan produktif. Tak heran bila Nabi shollallahu ’alaih wa sallam justru memobilisasi pasukan perangnya untuk berjihad fi sabilillah senantiasa di awal hari yakni di waktu pagi sehingga fihak musuh terkejut dan tidak siap menghadapinya.

Ya Allah, berkahilah kami di pagi hari selalu. Ya Allah, kami berlindung kepada Engkau dari kemalasan dan ketidakberdayaan dalam hidup kami, terutama di waktu pagi hari.

Demikian mengenai Raih Keberkahan Di Pagi Hari, semoga postingan kali ini bisa bermnfaat buat kalian semuanya. Wassalamualaikum.