Keutamaan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah
Keutamaan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah – Sesungguhnya hari yang paling agung dan paling mulia menurut Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah bersumpah atasnya yang menunjukkan kepada kita akan keagungan hari-hari itu. Allah swt berfirman :
]وَالْفَجْرِ. وَلَيَالٍ عَشْرٍ[
Demi Fajar, dan malam yang sepuluh. (QS. Al-Fajr [89]: 1-2).
(lihat Tafsir Ibnu
Katsir, 5/415, beliau menyebutkan bahwa imam Ahmad meriwayatkan secara
marfu’ dari sahabat Jabir bin Abdillah Radhiyallahu ‘anhu).
Sepuluh hari pertama bulan dzulhijjah disebutkan juga dengan nama ayyam ma’lumat
(hari-hari yang sudah ditentukan) yang Allah telah memerintahkan
hamba-hamba-Nya untuk berdzikir dan bersyukur kepada-Nya. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
]وَيَذْكُرُوا
اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ
بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ
الْفَقِيرَ [
Dan supaya mereka
menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang
Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah
sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan
orang-orang yang sengsara dan fakir. (QS. Al-Hajj [22]: 28).
Seperti
inilah pendapat mayoritas ulama, dan telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas
Radhiyallahu ‘anhuma, Abu Musa al-Asy’ari, Mujahid, Atha’, Ibnu Jubair,
al-Hasan, Qatadah, al-Dhahhak, Ibrahim al-Nakha’i. dan juga pendapat
Abu Hanifah, imam al-Syafi’i, dan salah satu riwayat yang masyhur dari
imam Ahmad. (lihat : Tafsir al-Qurthuby, 2/3, tafsir Ibnu Katsir,
5/415).
Kemungkinan hikmah dari penamaan ayyaam ma’luumat
adalah agar sesorang mukmin terus memberikan perhatian terhadap
waktu-waktu tersebut dan juga karena ada waktu haji di akhirnya. (lihat :
Tafsir al-Baghawy, 5/379).
Sebagian
ulama salaf berpendapat bahwa sepuluh hari tersebut adalah sepuluh hari
penyempurna dari waktu yang dijanjikan kepada Musa alaihis salam. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
]وَوَاعَدْنَا مُوسَى ثَلَاثِينَ لَيْلَةً وَأَتْمَمْنَاهَا بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيقَاتُ رَبِّهِ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً[ [الأعراف : 142]
Dan telah Kami
janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga
puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam
lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat
puluh malam. (QS. Al-A’raaf [7]: 142). (lihat : Tafsir Ibnu Katsir, 5/415).
Adapun diantara hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjelaskan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah adalah :
«مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى الله مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ»
“Tidak ada hari, amal shalih padanya yang lebih Allah cintai daripada sepuluh hari (Dzul Hijjah).” (HR. Abu Dawud, no : 2438 dan al-Tirmidzi, no : 757, Ibnu Majah, no :1727).
Dan di dalam riwayat lainnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
« مَا الْعَمَلُ فِي أَيَّامٍ أَفْضَلَ مِنْهَا فِي هَذِهِ»
“Tidak ada hari, yang amal shalih padanya lebih mulia daripada hari-hari ini (yakni sepuluh hari Dzul Hijjah).” (HR. al-Bukhari, no : 926).
Di dalam riwayat lainnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
« ما من أيام أعظم عند الله ولا أحبُّ إلى الله العملُ فيهن من أيام العشر …»
“Tidak ada hari,
yang amal shalih padanya lebih mulia di sisi Allah dan lebih dicintai
oleh-Nya daripada amal shalih yang dikerjakan pada hari-hari ini (yakni
sepuluh hari Dzul Hijjah).” (disebutkan oleh al-Haitsami di dalam
Majma’ al-Zawaid, 4/8, dia berkata, “Diriwayatkan oleh al-Thabrani di
dalam kitab al-Mu’jam al-Kabir, dan perawi-perawinya orang yang bisa
dipercaya).
Di dalam riwayat lainnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
« ما من عمل أزكى عند الله عز وجل ولا أعظم أجراً من خير يعمله في عشر الأضحى»
“Tidak ada amal shalih yang lebih mulia di sisi Allah dan lebih agung pahalanya daripada kebaikan yang dilakukan pada sepuluh hari Dzulhijjah).” (HR. al-Darimi dengan sanad yang shahih).
Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahkan mengabarkan kepada kita bahwa amal
shalih yang dikerjakan pada hari-hari penuh berkah tersebut lebih baik
daripada jihad di jalan Allah yang merupakan amal perbuatan yang paling
dicintai oleh Allah dan paling utama menurut-Nya. Amalan yang
melebihinya hanya amalan seseorang yang berjihad di jalan Allah dengan
jiwa dan hartanya, lalu dia tidak kembali dengan sesuatu, yakni jiwa dan
hartanya sudah dikorbankan di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya :
وَلَا
الْجِهَادُ في سبيل الله؟ قَالَ:« وَلَا الْجِهَادُ، إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ
يُخَاطِرُ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ، فَلَمْ يَرْجِعْ بِشَيْءٍ»
“Tidak juga jihad?” Beliau menjawab: “Tidak
juga jihad. Kecuali seseorang yang keluar dari rumahnya dengan
mengorbankan diri dan hartanya (di jalan Allah), lalu dia tidak kembali
lagi.” (HR. al-Bukhari, no : 926).
Di dalam riwayat lainnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
« وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ الله، إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ، فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ»
“Tidak juga jihad
di sabilillah, Kecuali seseorang yang keluar dari rumahnya untuk
berjihad dengan mengorbankan diri dan hartanya (di jalan Allah), lalu
dia tidak kembali lagi.” (HR. Abu Dawud, no : 2438 dan al-Tirmidzi, no : 757, Ibnu Majah, no :1727).
Dan di dalam riwayat lainnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya:
هنَّ أفضلُ أم عِدَّتُهُنَّ جهاداً في سبيل الله؟ قال:« هنَّ أفضل من عِدَّتِهِنَّ جهاداً في سبيل الله…. »
“Wahai Rasulullah,
ia (sepuluh Dzulhijjah) lebih baik atau menyediakannya untuk berjihad di
jalan Allah?” Rasulullah telah bersabda: “Ia (sepuluh Dzulhijjah) lebih
baik daripada menyediakannya untuk berjihad di jalan Allah.” [Ibnu
Hibban; jilid 9/164, syekh Arnauth berkata, “Hadits shahih dengan sanad
yang kuat.” Al-Haitsami menyebutkan hadits tersebut di dalam Majma’
al-Zawaid, 3/562].
Hadits
di atas menunjukkan bahwa amal ibadah yang tidak termasuk ibadah yang
utama yang dilakukan pada hari-hari tersebut lebih utama dan lebih
dicintai Allah daripada amal ibadah utama yang dilakukan pada selain
hari-hari tersebut. Hal ini dikarenakan pahala pada hari-hari tersebut
dilipatgandakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. (lihat : Lathaiful
Ma’arif, Ibnu Rajab, 289).
Dan
kemungkinan Sebab keistimewaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah
adalah dikarenakan banyaknya ibadah agung yang terkumpul pada hari-hari
tersebut, seperti : shalat, puasa, shadaqah, dan haji. Hal seperti ini
tidak ada di hari yang lain. (lihat : Fathul Baari, Ibnu Hajar, 2/460).
Dari
dalil-dalil yang sudah disebutkan di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa pada hari-hari tersebut dianjurkan untuk memperbanyak amak shalih
dalam berbagai macam dan bentuknya. Dan diantara ibadah yang bentuknya
ucapan yang bisa dilakukan adalah bertasbih, bertahmid, bertahlil,
bertakbir, dan lain sebagainya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
«…. فأكثروا فيهنَّ من التسبيح والتهليل والتحميد والتكبير »
“… maka perbanyaklah kalian pada hari-hari tersebut untuk bertasbih, bertahmid, bertahlil, dan bertakbir”
[Al-Haitsami menyebutkan hadits tersebut di dalam Majma’ al-Zawaid,
4/8, beliau berkata, “Hadits ini diriwayatkan oleh al-Thabrani di dalam
al-Kabir, dan perawi-perawinya terpercaya. Hadits tersebut diriwayatkan
oleh Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma].
Dalam riwayat lain disebutkan :
« ….فأكثروا فيهنَّ من التهليل والتكبير والتحميد»
“… maka perbanyaklah kalian pada hari-hari tersebut untuk bertahlil, bertakbir, dan bertahmid” [HR. Ahmad di dalam musnadnya, 2/131. Syuaib al-Arnauth berkata, “Hadits shahih, riwayat dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'anhuma].
Ibnu
Umar dan Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhum pernah keluar ke pasar pada
sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah lalu keduanya bertakbir, kemudian
orang-orang mengikuti takbir yang diucapkan oleh keduanya. (lihat :
Tafsir Ibnu Katsir, 5/415. Dan diriwayatkan oleh al-Bukhari muallaqan (tanpa menyebutkan sanad).)
Maimun
bin Mahran berkata, “Saya telah bertemu dengan suatu kaum yang
bertakbir pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Dan saya
menyerupakannya seperti ombak karena banyaknya orang yang bertakbir.”
Dia kemudian berkata, “Orang-orang pada saat ini telah berkurang
(keutamaannya) karena mereka meninggalkan takbir (pada hari-hari
tersebut).”
Di antara ibadah yang sifatnya fisik yang bisa dilakukan adalah :
· Shalat.
Said bin Jubair rahimahullah pada saat masuk sepuluh hari pertama bulan
Dzulhijjah lebih bersungguh-sungguh dan lebih giat hingga beliau tidak
mampu lagi melakukannya. Dan diriwayatkan darinya, bahwa beliau berkata,
“Janganlah kalian memadamkan lampu-lampu pada malam sepuluh hari
pertama bulan Dzulhijjah.” Beliau termasuk orang yang sangat gemar
melakukan Ibadah. (Lathaiful Ma’arif, 289).
· Disunnahkan
puasa pada hari pertama hingga sembilan Dzulhijjah karena Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukannya. Diriwayatkan dari
istri-istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
«كَانَ رَسُولُ الله r يَصُومُ
تِسْعَ ذِى الْحِجَّةِ، وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِن
كُلِّ شَهْرٍ، أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ»
“Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berpuasa pada sembilah hari pertama
bulan Dzulhijjah, berpuasa Asyura, berpuasa tiga hari setiap bulan,
berpuasa hari senin pertama di setiap bulan, dan begitu juga pada hari
kamis.” (HR. Abu Dawud, no : 2438, al-Nasa’i, no : 2271).
Dan
hari yang paling utama diantara sembilan hari tersebut adalah hari
Arafah; baik dalam doa, shalat, maupun puasa. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
«صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى الله أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ»
“Puasa pada hari
Arafah, aku memohon pula kepada Allah, agar puasa itu bisa menghapus
dosa setahun setahun penuh sebelumnya dan setahun sesudahnya.”(HR. Muslim, no : 1162, Abu Dawud, no : 2425).
Adapun Doa, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
«خَيْرُ
الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا
وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي: لَا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا
شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيرٌ»
“Sebaik-baik do’a
adalah do’a pada hari ‘Arafah dan sebaik-baik apa yang aku dan para Nabi
sebelumku katakan adalah “LAA ILAAHA ILLALLAHU WAHDAHUU LAA
SYARIIKALAHU LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WAHUWA ‘ALAA KULLI SYAI’IN QADIIR
(Tiada Ilah melainkan Allah semata dan tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nya
lah segala kerajaan dan pujian dan Dialah Maha menguasai atas segala
sesuatu).” (HR. al-Tirmidzi, no : 3585. Abu Isa berkata; “hadits ini
derajatnya gharib melalui jalur ini. Al-Mundziri berkata, “Hadits ini
hasan,” al-Albany berkata, “Hadits ini shahih.”)
Kami
memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar kita dan semua umat Islam
diberikan taufik oleh-Nya agar bisa melakukan ketaatan pada hari-hari
yang diberkahi tersebut. Kami berdoa agar Allah memudahkan para jamaah
haji dalam melakukan manasik hajinya dan semoga kita mendapatkan pahala
dari amal shalih yang mereka lakukan. Dan kami juga berdoa, semoga Allah
Subhanahu wa Ta’ala secepatnya memberikan kelapangan dan kemenangan
bagi umat ini. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan doa.
Wallahu a’lam bish shawab..
Oleh: Ust. Bachtiar Nasir
sumber: http://aqlislamiccenter.com/
Category: Islam
0 komentar