Keutamaan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah

Slow Area | 16.16 | 0 komentar

Keutamaan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah
Keutamaan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah  – Sesungguhnya hari yang paling agung dan paling mulia menurut Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah bersumpah atasnya yang menunjukkan kepada kita akan keagungan hari-hari itu. Allah swt berfirman :
]وَالْفَجْرِ. وَلَيَالٍ عَشْرٍ[
Demi Fajar, dan malam yang sepuluh. (QS. Al-Fajr [89]: 1-2).
(lihat Tafsir Ibnu Katsir, 5/415, beliau menyebutkan bahwa imam Ahmad meriwayatkan secara marfu’ dari sahabat Jabir bin Abdillah Radhiyallahu ‘anhu).

Sepuluh hari pertama bulan dzulhijjah disebutkan juga dengan nama ayyam ma’lumat (hari-hari yang sudah ditentukan) yang Allah telah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk berdzikir dan bersyukur kepada-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
]وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ [
Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir. (QS. Al-Hajj [22]: 28).

Seperti inilah pendapat mayoritas ulama, dan telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, Abu Musa al-Asy’ari, Mujahid, Atha’, Ibnu Jubair, al-Hasan, Qatadah, al-Dhahhak, Ibrahim al-Nakha’i. dan juga pendapat Abu Hanifah, imam al-Syafi’i, dan salah satu riwayat yang masyhur dari imam Ahmad. (lihat : Tafsir al-Qurthuby, 2/3, tafsir Ibnu Katsir, 5/415).

Kemungkinan hikmah dari penamaan ayyaam ma’luumat adalah agar sesorang mukmin terus memberikan perhatian terhadap waktu-waktu tersebut dan juga karena ada waktu haji di akhirnya. (lihat : Tafsir al-Baghawy, 5/379).

Sebagian ulama salaf berpendapat bahwa sepuluh hari tersebut adalah sepuluh hari penyempurna dari waktu yang dijanjikan kepada Musa alaihis salam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
]وَوَاعَدْنَا مُوسَى ثَلَاثِينَ لَيْلَةً وَأَتْمَمْنَاهَا بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيقَاتُ رَبِّهِ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً[ [الأعراف : 142]
Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. (QS. Al-A’raaf [7]: 142). (lihat : Tafsir Ibnu Katsir, 5/415).

Adapun diantara hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjelaskan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah adalah :
«مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى الله مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ»
“Tidak ada hari, amal shalih padanya yang lebih Allah cintai daripada sepuluh hari (Dzul Hijjah).” (HR. Abu Dawud, no : 2438 dan al-Tirmidzi, no : 757, Ibnu Majah, no :1727).
Dan di dalam riwayat lainnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
« مَا الْعَمَلُ فِي أَيَّامٍ أَفْضَلَ مِنْهَا فِي هَذِهِ»
“Tidak ada hari, yang amal shalih padanya lebih mulia daripada hari-hari ini (yakni sepuluh hari Dzul Hijjah).” (HR. al-Bukhari, no : 926).

Di dalam riwayat lainnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
« ما من أيام أعظم عند الله ولا أحبُّ إلى الله العملُ فيهن من أيام العشر …»
“Tidak ada hari, yang amal shalih padanya lebih mulia di sisi Allah dan lebih dicintai oleh-Nya daripada amal shalih yang dikerjakan pada hari-hari ini (yakni sepuluh hari Dzul Hijjah).” (disebutkan oleh al-Haitsami di dalam Majma’ al-Zawaid, 4/8, dia berkata, “Diriwayatkan oleh al-Thabrani di dalam kitab al-Mu’jam al-Kabir, dan perawi-perawinya orang yang bisa dipercaya).

Di dalam riwayat lainnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
« ما من عمل أزكى عند الله عز وجل ولا أعظم أجراً من خير يعمله في عشر الأضحى»
“Tidak ada amal shalih yang lebih mulia di sisi Allah dan lebih agung pahalanya daripada kebaikan yang dilakukan  pada sepuluh hari Dzulhijjah).” (HR. al-Darimi dengan sanad yang shahih).

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahkan mengabarkan kepada kita bahwa amal shalih yang dikerjakan pada hari-hari penuh berkah tersebut lebih baik daripada jihad di jalan Allah yang merupakan amal perbuatan yang paling dicintai oleh Allah dan paling utama menurut-Nya. Amalan yang melebihinya hanya amalan seseorang yang berjihad di jalan Allah dengan jiwa dan hartanya, lalu dia tidak kembali dengan sesuatu, yakni jiwa dan hartanya sudah dikorbankan di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya :
وَلَا الْجِهَادُ في سبيل الله؟ قَالَ:« وَلَا الْجِهَادُ، إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ يُخَاطِرُ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ، فَلَمْ يَرْجِعْ بِشَيْءٍ»
“Tidak juga jihad?” Beliau menjawab: “Tidak juga jihad. Kecuali seseorang yang keluar dari rumahnya dengan mengorbankan diri dan hartanya (di jalan Allah), lalu dia tidak kembali lagi.” (HR. al-Bukhari, no : 926).

Di dalam riwayat lainnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
« وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ الله، إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ، فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ»
“Tidak juga jihad di sabilillah, Kecuali seseorang yang keluar dari rumahnya untuk berjihad dengan mengorbankan diri dan hartanya (di jalan Allah), lalu dia tidak kembali lagi.” (HR. Abu Dawud, no : 2438 dan al-Tirmidzi, no : 757, Ibnu Majah, no :1727).
Dan di dalam riwayat lainnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya:
هنَّ أفضلُ أم عِدَّتُهُنَّ جهاداً في سبيل الله؟ قال:« هنَّ أفضل من عِدَّتِهِنَّ جهاداً في سبيل الله…. »
“Wahai Rasulullah, ia (sepuluh Dzulhijjah) lebih baik atau menyediakannya untuk berjihad di jalan Allah?” Rasulullah telah bersabda: “Ia (sepuluh Dzulhijjah) lebih baik daripada menyediakannya untuk berjihad di jalan Allah.” [Ibnu Hibban; jilid 9/164, syekh Arnauth berkata, “Hadits shahih dengan sanad yang kuat.” Al-Haitsami menyebutkan hadits tersebut di dalam Majma’ al-Zawaid, 3/562].

Hadits di atas menunjukkan bahwa amal ibadah yang tidak termasuk ibadah yang utama yang dilakukan pada hari-hari tersebut lebih utama dan lebih dicintai Allah daripada amal ibadah utama yang dilakukan pada selain hari-hari tersebut. Hal ini dikarenakan pahala pada hari-hari tersebut dilipatgandakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. (lihat : Lathaiful Ma’arif, Ibnu Rajab, 289).

Dan kemungkinan Sebab keistimewaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah adalah dikarenakan banyaknya ibadah agung yang terkumpul pada hari-hari tersebut, seperti : shalat, puasa, shadaqah, dan haji. Hal seperti ini tidak ada di hari yang lain. (lihat : Fathul Baari, Ibnu Hajar, 2/460).

Dari dalil-dalil yang sudah disebutkan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pada hari-hari tersebut dianjurkan untuk memperbanyak amak shalih dalam berbagai macam dan bentuknya. Dan diantara ibadah yang bentuknya ucapan yang bisa dilakukan adalah bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir, dan lain sebagainya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
«…. فأكثروا فيهنَّ من التسبيح والتهليل والتحميد والتكبير »
“… maka perbanyaklah kalian pada hari-hari tersebut untuk bertasbih, bertahmid, bertahlil, dan bertakbir” [Al-Haitsami menyebutkan hadits tersebut di dalam Majma’ al-Zawaid, 4/8, beliau berkata, “Hadits ini diriwayatkan oleh al-Thabrani di dalam al-Kabir, dan perawi-perawinya terpercaya. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma].
Dalam riwayat lain disebutkan :
« ….فأكثروا فيهنَّ من التهليل والتكبير والتحميد»
 “… maka perbanyaklah kalian pada hari-hari tersebut untuk bertahlil, bertakbir, dan bertahmid” [HR. Ahmad di dalam musnadnya, 2/131. Syuaib al-Arnauth berkata, “Hadits shahih, riwayat dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'anhuma].

Ibnu Umar dan Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhum pernah keluar ke pasar pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah lalu keduanya bertakbir, kemudian orang-orang mengikuti takbir yang diucapkan oleh keduanya. (lihat : Tafsir Ibnu Katsir, 5/415. Dan diriwayatkan oleh al-Bukhari muallaqan (tanpa menyebutkan sanad).)

Maimun bin Mahran berkata, “Saya telah bertemu dengan suatu kaum yang bertakbir pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Dan saya menyerupakannya seperti ombak karena banyaknya orang yang bertakbir.” Dia kemudian berkata, “Orang-orang pada saat ini telah berkurang (keutamaannya) karena mereka meninggalkan takbir (pada hari-hari tersebut).”

Di antara ibadah yang sifatnya fisik yang bisa dilakukan adalah :
·       Shalat. Said bin Jubair rahimahullah pada saat masuk sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah lebih bersungguh-sungguh dan lebih giat hingga beliau tidak mampu lagi melakukannya. Dan diriwayatkan darinya, bahwa beliau berkata, “Janganlah kalian memadamkan lampu-lampu pada malam sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.” Beliau termasuk orang yang sangat gemar melakukan Ibadah. (Lathaiful Ma’arif, 289).
·       Disunnahkan puasa pada hari pertama hingga sembilan Dzulhijjah karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukannya. Diriwayatkan dari istri-istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
«كَانَ رَسُولُ الله r يَصُومُ تِسْعَ ذِى الْحِجَّةِ، وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِن كُلِّ شَهْرٍ، أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ»
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berpuasa pada sembilah hari pertama bulan Dzulhijjah, berpuasa Asyura, berpuasa tiga hari setiap bulan, berpuasa hari senin pertama di setiap bulan, dan begitu juga pada hari kamis.” (HR. Abu Dawud, no : 2438, al-Nasa’i, no : 2271).

Dan hari yang paling utama diantara sembilan hari tersebut adalah hari Arafah; baik dalam doa, shalat, maupun puasa. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
«صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى الله أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ»
“Puasa pada hari Arafah, aku memohon pula kepada Allah, agar puasa itu bisa menghapus dosa setahun setahun penuh sebelumnya dan setahun sesudahnya.”(HR. Muslim, no : 1162, Abu Dawud, no : 2425).

Adapun Doa, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
«خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي: لَا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ»
“Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari ‘Arafah dan sebaik-baik apa yang aku dan para Nabi sebelumku katakan adalah “LAA ILAAHA ILLALLAHU WAHDAHUU LAA SYARIIKALAHU LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WAHUWA ‘ALAA KULLI SYAI’IN QADIIR (Tiada Ilah melainkan Allah semata dan tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nya lah segala kerajaan dan pujian dan Dialah Maha menguasai atas segala sesuatu).” (HR. al-Tirmidzi, no : 3585. Abu Isa berkata; “hadits ini derajatnya gharib melalui jalur ini. Al-Mundziri berkata, “Hadits ini hasan,” al-Albany berkata, “Hadits ini shahih.”)

Kami memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar kita dan semua umat Islam diberikan taufik oleh-Nya agar bisa melakukan ketaatan pada hari-hari yang diberkahi tersebut. Kami berdoa agar Allah memudahkan para jamaah haji dalam melakukan manasik hajinya dan semoga kita mendapatkan pahala dari amal shalih yang mereka lakukan. Dan kami juga berdoa, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala secepatnya memberikan kelapangan dan kemenangan bagi umat ini. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan doa. Wallahu a’lam bish shawab..

Oleh: Ust. Bachtiar Nasir  

sumber: http://aqlislamiccenter.com/

Category:

About Lovesmotivation.blogspot.com:
Lovesmotivation.blogspot.com adalah blog yang berisi mengenai kata motivasi cerita motivasi dan masih banyak yang menarik disitus ini...

0 komentar